Selasa, 20 November 2012

Ilaahi, aku tak sanggup mencintaiMu dengan khusyuknya shalat salah seorang shahabat NabiMu hingga tiada terasa anak panah musuh terhunjam di kakinya. Karena itu Ya Allah, perkenankanlah aku tertatih menggapai cintaMu, dalam shalat yang coba kudirikan terbata-bata, meski ingatan kadang melayang ke berbagai permasalahan dunia. Ya Allah… Hamba ingin jadi hambaMu sejati Tapi mengapa…..? Mengapa ruh kekuatan belum juga tiba Mengapa diri ini masih yang dulu Yang tak berkembang…….yang tak beranjak Yang tak melaju menjemput masa depan Mengapa diri ini masih berdiam diri Takluk dalam genggam birahi…? Janganlah kau tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tetapi tuntutlah dirimu sendiri karena engkau telah menunda adabmu kepada Allah. 
 Biarkan terbang anganku… Lintasi indahnya cakrawala… Membelah barisan awan hitam, yang menggumpal membentuk aral… Menembus angin yang berhembus. Ditepi landang tandus.. Mencari dan menggapai asa, maraih cita-cita yang tertunda… Lupa sudah waktu yang terlewati. Menanti mimpi dalam gelap malam. Menunggu secercah cahaya. Membelai hati yang kosong…!!!

Minggu, 18 November 2012

Lupa satu kata yang sering terjadi pada diri kita, apalagi yang berhubungan dengan ilmu yang di dapatkan setiap hari di sekolah, kampus, Majlis, bahkan ilmu di jalanan, kalau saja ilmu tersebut tidak cepat – cepat disimpan dalam memori otak kita pasti langsung lupa, karena otak kita tidak bisa lagi menyimpan ilmu yang tadi kita peroleh dari Guru, yang semua itu diakibatkan otak kita terlalu banyak masalah dan ingatan yang ga jelas dan tidak sepantasnya kita simpan di otak, Ilmu yang tadi disimpan didalam otak dalam jangka waktu 1 jam pasti langsung lupa apalagi kalau sudah mengingat pasangan (Pacar) pasti tempat ilmu yang di otak tadi langsung digantikan dengan ingatan baru yang tidak jelas manfaatnya alhasil ilmu tadi akan hilang (lupa). tapi kalau memang system akal kita mengolahnya dengan cara yang memadai, semuanya akan tersimpan
Tetapi, kenyataan yang kita alami terasa bertolak belakang dengan teori itu. Acapkali terjadi, apa yang telah kita pelajari dengan tekun justru sukar untuk diingat kembali bahkan mudah terlupakan. Sebaliknya, tidak sedikit pengalaman dan pelajaran yang kita tekuni sepintas lalu mudah melekat dalam ingatan.
ada pepatah yang Mengatakan Kuatkan lah ilmu dengan menuliskannya, Maksud dari pepatah tersebut kita bisa mengambil hikmah bahwa ilmu akan terus ada diotak dengan cara ketika kita mendapatkan sesuatu ilmu yang baru artinya pengetahuan yang baru kita dapatkan harus langsung di tulis atau diamalkan kepada orang lain,
didalam kitab Ta’lim Mu’talim dijelaskan mengenai bab yang membahas  tata cara Seorang Pencari Ilmu (santri) yaitu Jangan lah Kamu jauh dari Kertas dan Pena, maksud dari keterangan tersebut usahakan Kertas (Notebook) dan Pena harus ada disaku kita, tujuannya adalah menuliskan setiap apa yang kita dapatkan mengenai ilmu, karena dengan cara tersebut insyaalah apa yang kita dapatkan pasti akan terus abadi.
Tulislah apa Yang kamu dapatkan hari ni dan lihatlah Hari esok apa yang akan terjadi……………

Minggu, 28 Oktober 2012

Nur Diatas Segala Cahaya

Ilahi Anta Maqshudi

Dalam praktik-praktik keruhanian Tasawuf, selalu ada unsur-unsur yang tidak memberi ruang yang bisa dijangkau akal-rasional. Karena dimensi “operatif” dari Tasawuf ini sebagian besar berlangsung di wilayah batin yang tidak berurusan dengan dimensi empiris, maka akal-rasional, pada level tertentu, tidak bisa dijadikan dasar untuk memverifikasi kebenaran suatu doktrin Sufi. Artinya, walaupun pada taraf tertentu akal tetaplah harus hidup dan dipakai, tetapi ada masa-masa ketika akal dan nalar-rasional harus diistirahatkan sepenuhnya, dan beralih secara bertahap ke penggunaan “mata hati yang bercahaya” atau qalb. Sebab, seperti firman Allah dalam hadis qudsi, “hanya hati (qalb) orang beriman yang mampu menampung-Ku, alam semesta tidak bisa.” Juga, “Allah tidak melihat pada bentukmu, tetapi pada hati-Mu.”

Dari ungkapan ini setidaknya ada dua hal penting. Karena tujuan utama dari Sufi adalah Allah, yang dikatakan “bertahta” di dalam hati (qalb), maka perhatian utama dari Sufi adalah pada hati sebagai organ spiritual yang memendam misteri-misteri ilahi. Dan dalam hati inilah berlangsung perjalanan menuju kesempurnaan diri, sebagai sebuah diri yang utuh.


Hati itu perangainya tidak tetap, sebab ia bisa condong kepada kebaikan atau kepada kejahatan—”Hati putra Adam berada di antara dua jari Yang Mahakuasa.” Hati berada di antara dua kekuatan, ruh yang suci dan ilahiah, dan jiwa (nafs) yang rendah dan kotor—Demi jiwa dan penyempurnaannya, lalu Tuhan mengilhamkan setiap jiwa keburukan dan kebaikan (QS. 91:7-8).
Ketika hati mendekati ruh, maka ruh akan mengalahkan jiwa. Sebagai “Tahta” Tuhan, hati memiliki bentuk dan realitas (hakikat). Bentuk lahiriahnya adalah segumpal daging yang terdapat di dada kiri. Sedangkan realitas sejatinya adalah kelembutan ilahi (lathifah rabbaniyyah). Pada kelembutan (lathifah) inilah zikir Sufi difokuskan . Zikir Sufi dimaksudkan untuk memperkuat cahaya ruh, agar bisa mengalahkan jiwa “yang menyeru kepada kejahatan” (nafs al-amarah) dan bisa membangkitkan potensi cahaya ruh dalam setiap lathifah rabbaniyyah yang berhubungan dengan Allah, sehingga mencapai jiwa yang tenang (nafs al-muthmainah).Ketika pikiran dan keinginan duniawi muncul dalam diri kita, maka hati akan bergerak ke jiwa rendah sehingga memperkuat nafs al-amarah. Mereka akan memunculkan hijab yang menyelimuti lathifah rabbaniyah yang bening bercahaya dan suci. Dosa akan menyebabkan muncul noda hitam di cermin hati, demikian nabi pernah bersabda. Seperti sampah, jika tak bersihkan setiap hari, noda itu akan makin banyak dan tebal. Karenanya Cahaya ilahi itu hanya menyala di lubuk hati saja, dan hati menjadi gelap. Dan inilah awal dari tabir pemisah antara Allah dengan manusia.

hati yang berkarat, atau bernoda, bisa dibersihkan dengan zikir. Nabi saw berkata bahwa “pembersih hati adalah zikir.” Melakukan zikir adalah seperti menggosok cermin yang buram hingga bisa bening dan terang, sehingga mampu memantulkan bayangan dengan jelas. Zikir adalah cahaya. Ia adalah seperti pelita ilahi yang menerangi ruang-ruang hati yang gelap, sehingga dengan cahayanya itu tampaklah semua “isi” hati. Dengan zikir, cahaya ilahi yang tersimpan dalam lathifah-lathifah akan menyala dan membawa hati “masuk” ke realitas Tahta hati itu sendiri, yang darinya ia akan masuk ke wilayah-wilayah dunia yang tak terlihat oleh indra eksternal. Dengan kata lain, dengan zikir, misteri dari hati, yakni rahasia-rahasia ilahi, akan kelihatan dengan jelas.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailani menjelaskan rahasia dari efek zikir ini dalam sebuah surat yang menjadi pembuka salah satu kitab karyanya yang luar biasa, Sirrul Asrar. Penjelasan ini berkaitan dengan tafsir “ayat cahaya” dalam Surah An-Nur: 35:

Hatimu adalah cermin. Bersihkan cermin itu dari debu yang menabirinya, sebab cermin itu ditakdirkan untuk memantulkan cahaya rahasia ilahi. Ketika cahaya dari Allah (Dzat) yang merupakan Cahaya langit dan bumi mulai menyinari wilayah hatimu, maka pelita hati akan menyala. Pelita hati itu ada dalam kaca; kaca yang laksana bintang yang bersinar terang … Kemudian di dalam hati muncul sinar makna yang bukan muncul dari Timur dan juga dari Barat, yang menyala berkat pohon zaitun yang diberkati … yang memancarkan cahaya menerangi pohon pencerahan, begitu jernihnya sehingga bersinar walau tak disentuh oleh api. Lalu menyalalah pelita kearifan. Mana mungkin pelita itu tak menyala bila cahaya rahasia Allah menyinarinya? … Langit-langit gelap ketidaksadaran akan jadi terang berkat kehadiran ilahi dan kedamaian serta keindahan purnama yang akan muncul dari cakrawala yang memancarkan cahaya di atas cahaya.

Menurut kaum Sufi, seseorang tak bisa mencapai Allah tanpa mengingat-Nya (zikir) terus-menerus. Zikir adalah langkah dasar dalam Tasawuf, dan bahkan paling penting. Seorang wali Allah adalah hamba yang paling utama, yang oleh Rasulullah disebut “hamba yang paling banyak berzikir”. Hati yang kosong dari mengingat Allah tidak akan memiliki “magnet” spiritual untuk menyerap cahaya ilahi. Allah berfirman, “Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian” (QS. 2: 152).

ayat ini menunjukkan adanya hubungan timbal-balik antara zikir dengan Allah. Allah adalah Cahaya, dan karenanya menyebut atau mengingat Nama-Nya akan memunculkan “kandungan” cahaya yang ada dalam setiap Asma atau ayat Al-Quran yang dibaca dan disebut-sebut. Ketika orang berzikir maka ia akan mengeluarkan cahaya dari lathifah rabbaniyah yang meliputi dirinya, mempengaruhi hati, dan menerangi dirinya. Menurut seorang ahl al-kasyaf yang pernah penulis temui, cahaya yang memancar dari pezikir bukan sekadar metafora, tetapi “nyata” dari sudut pandang mukasyafah. Bagi banyak orang yang sudah kasyaf, baik itu yang sudah sampai kedudukan wali atau belum, mereka bisa melihat perubahan cahaya dalam diri sang pezikir. Tetapi cahaya ini harus dibedakan dari “aura” sebab cahaya zikir lebih halus dan dalam, karena bersumber dari lubuk hati yang suci (sirr). Bahkan seorang wali yang telah mencapai kedudukan tinggi tanpa diberi tahu lewat lisan bisa mengetahui zikir macam apa yang diamalkan seorang murid hanya berdasarkan cahaya yang memancar dari lathaif (bentuk jamak dari lathifah) di dalam dirinya. Semakin intens seorang berzikir sehingga melampaui semua tahapan dalam berzikir, semakin terang cahayanya dirinya.

Orang mesti melewati beberapa tahap agar cahaya dirinya bisa menarik cahaya ilahi. Pertama orang berzikir dengan lisan, kemudian meningkat menjadi zikir qalb (kalbu). Saat lisan seseorang berzikir, maka ia melakukan zikir seperti benda-benda mati—nabi bersabda bahwa batu juga berzikir, tetapi kita, orang awam, tidak bisa mendengarkannya. Inilah tahap awal zikir. Kemudian dia berzikir dengan qalb, maka seseorang meningkat ke zikir alam semesta (makhluk bernyawa dan tak bernyawa). Tetapi zikir qalb masih ada lanjutannya, yakni zikir nafs, kemudian zikir ruh, dan zikir sirr. Masing-masing tingkatan akan membuat seorang pezikir menyadari bahwa zikirnya selalu diiringi oleh alam yang bertingkat-tingkat. Alam semesta, zikir malaikat, zikir makhluk di alam arwah, arasy, dan akhirnya yang tertinggi, sirr. Ini adalah tahap ketika singgasana (arasy) bergetar akibat zikir seseorang dan ikut berzikir mengiringi zikir orang itu. Tetapi ketika zikir itu sampai ke zikir sirr yang paling tersembunyi (akhfa al-khafi) atau mendekati sempurna, maka zikir itu tak bisa didengar lagi bahkan oleh malaikat sekalipun. Sebab, ketika arasy bergetar maka zikir seseorang akan langsung tersambung dengan Dzat Allah. Ketika segala sesuatu telah “menyentuh” pada taraf Dzat-Nya, yakni pada tahap ahadiyyah, yang tak bisa dipahami , sesuatu itu akan sirna di dalam Tuhan. Demikian pula zikir itu akan gaib dari pendengaran malaikat, bahkan dari perasaan dan pemahaman si pezikir itu sendiri.

Pada saat inilah proses kimiawi ruhani, yang menyalakan sumber cahaya dalam hati, mencapai puncaknya. Cahaya si pezikir bukan lagi aspek eksternal dari seorang pezikir, tetapi menjadi substansinya sendiri, yang muncul dari dalam dirinya, sebab ia telah bersambung dengan Dzat Sumber Segala Cahaya. Hati sepenuhnya berubah menjadi cahaya.

Karena diri seorang pezikir telah “menjelma” menjadi sumber cahaya, maka pancaran cahayanya tidak akan pudar, selama ia istiqamah dalam berzikir, dan cahaya itu terus melesat ke langit menyongsong sumber dari segala sumber dari cahaya itu, yakni Allah karena Dialah Cahaya langit dan bumi. Pada saat inilah substansi cahaya pezikir akan sama dengan substansi dari Yang Maha Bercahaya. Lalu dalam seketika substansi cahaya di langit (Allah) itu akan merindukan cahaya dari hati hamba-hambanya—”ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian.” Maka, cahaya hati dari hamba melesat naik, dan Cahaya dari Arasy melesat turun ke bawah. Kedua cahaya saling menyongsong—cahaya dari atas (Tuhan) menyongsong cahaya dari bawah (hamba)—dan jadilah cahaya di atas cahaya! (QS. 24: 35)

==> Rumah Cahaya

Rabu, 12 September 2012

Perangkat Keras Komputer - Output Device

Perangkat Keras Komputer - Output DeviceThis is a featured page

A. Perangkat Keras dan FungsinyaSecara fisik, Komputer terdiri dari beberapa komponen yang merupakan suatu sistem. Sistem adalah komponen-komponen yang saling bekerja sama membentuk suatu kesatuan. Apabila salah satu komponen tidak berfungsi, akan mengakibatkan tidak berfungsinya suatu komputer dengan baik. Komponen komputer ini termasuk dalam kategori elemen perangkat keras (hardware). Berdasarkan fungsinya, perangkat keras komputer dibagi menjadi :

1. input divice (unit masukan)
2. Process device (unit Pemrosesan)
3. Output device (unit keluaran)
4. Backing Storage ( unit penyimpanan)
5. Periferal ( unit tambahan)
komponen dasar komputer yang terdiri dari input, process, output dan storage. Input device terdiri dari keyboard dan mouse, Process device adalah microprocessor (ALU, Internal Communication, Registers dan control section), Output device terdiri dari monitor dan printer, Storage external memory terdiri dari harddisk, Floppy drive, CD ROM, Magnetic tape. Storage internal memory terdiri dari RAM dan ROM. Sedangkan komponen Periferal Device merupakan komponen tambahan atau sebagai komponen yang belum ada atau tidak ada sebelumnya. Komponen Periferal ini contohnya : TV Tuner Card, Modem, Capture Card.
1. Unit Masukan ( Input Device )

Unit ini berfungsi sebagai media untuk memasukkan data dari luar ke dalam suatu memori dan processor untuk diolah guna menghasilkan informasi yang diperlukan. Input devices atau unit masukan yang umumnya digunakan personal computer (PC) adalah keyboard dan mouse, keyboard dan mouse adalah unit yang menghubungkan user (pengguna) dengan komputer.
Selain itu terdapat joystick, yang biasa digunakan untuk bermain games atau permainan dengan komputer. Kemudian scanner, untuk mengambil gambar sebagai gambar digital yang nantinya dapat dimanipulasi. Touch panel, dengan menggunakan sentuhan jari user dapat melakukan suatu proses akses file. Microphone, untuk merekam suara ke dalam komputer.
Input device berfungsi sebagai media untuk memasukkan data dari luar sistem ke dalam suatu memori dan processor untuk diolah dan menghasilkan informasi yang diperlukan. Data yang dimasukkan ke dalam sistem komputer dapat berbentuk signal input dan maintenance input. Signal input berbentuk data yang dimasukkan ke dalam sistem komputer, sedangkan maintenance input berbentuk program yang digunakan untuk mengolah data yang dimasukkan. Jadi Input device selain digunakan untuk memasukkan data dapat pula digunakan untuk memasukkan program.
Berdasarkan sifatnya, peralatan input dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
  • Peratalan input langsung, yaitu input yang dimasukkan langsung diproses oleh alat pemroses. Contohnya : keyboard, mouse, touch screen, light pen, digitizer graphics tablet, scanner.
  • Peralatan input tidak langsung, input yang melalui media tertentu sebelum suatu input diproses oleh alat pemroses. Contohnya : punched card, disket, harddisk.